Dalam kehidupuan kita sehari-hari, sering kita mendengar istilah Investasi
dan Spekulasi, terutama di dunia pasar modal atau di bursa efek. Disamping itu
media masa juga sangat sering mengunakan kedua istilah tersebut, jadi apakah yang
dimaksud dengan investasi dan spekulasi? Serta apa perbedaan keduanya?.
Menurut Benjamin Graham dalam bukunya The Intelligent Investor; Investasiadalah
suatu kegiatan ‘analisa yang menyeluruh’ dan mendalam, yang bertujuan untuk
menjaga ‘keamanan dana pokok’ serta memberikan ‘keuntungan maksimal’. Sedangkan
tindakan yang tidak memenuhi persyaratan ini berarti Spekulasi.
Walaupun para investor telah melakukan proses investasi diatas, tidak
berarti seorang investor tidak akan pernah kehilangan dananya atau tidak pernah mengalami kerugian yang besar,
jika hal itu terjadi maka investor tersebut akan tetap memiliki ‘underlying
asset’ dari instrument investasi yang dimilikinya tersebut.
Disamping itu para investor harus tetap menyadari bahwa hampir selalu ada ‘faktor
spekulasi’ di dalam instrument
investasi yang dimilikinya, karena pada setiap perubahan harga baik harga
tersebut naik maupun turun, maka akan tetap ada unsur spekulasinya. Disinilah
para spekulan bermain dengan memanfaatkan perubahan harga tersebut.
Jenis Investasi yang di bahas dalam tulisan ini adalah Investasi pada asset
keuangan atau ‘financial assets’, seperti Saham, Obligasi dan Reksdana beserta
produk ‘turunannya’ atau derivatives, yang disebut juga ‘efek’, yaitu surat
berharga yang dapat diperdagangkan baik di dalam bursa maupun di luar bursa
(OTC; Over The Counter).
Untuk melakukan investasi pada saham, maka yang perlu dilakukan oleh para
investor adalah sebagai berikut:
1. Menganalisa saham perusahaan tersebut secara menyeluruh, apakah dasar
bisnisnya kuat dan akan terus berprospek di masa depan.
2. Investor harus berani mengambil tindakan untuk melindungi
investasinya dari kerugian besar (cut-loss).
3. Target keuntungan yang diharapkan cukup yang ‘optimal’ saja, bukan
yang luar biasa.
Tindakan spekulasi dibutuhkan juga karena dua hal: Pertama tanpa spekulasi
perusahaan-perusahaan baru yang belum teruji tidak akan akan pernah memperoleh
dana dari para spekulatn untuk ekspansi usahanya, dimana perusahaan-perusahaan
seperti ini dapat memberikan ‘keuntungan’ yang fantastis dalam jangka panjang
dan dana-dana dari para spekulan tersebut dapat memberikan para ‘inventor’
untuk tetap dapat melakukan ‘inovasi-inovasi’ yang spektakular. Kedua, resiko
dipertukarkan (tetapi tidak pernah hilang) setiap kali saham diperdagangkan
baik dibeli atau dijual. Maka pembeli membeli risiko utama bahwa harga saham
bisa saja turun suatu hari. Sementara
itu, si penjual masih memegang resiko ‘residual’ – yaitu kemungkinan bahwa
harga saham yang dijualnya tersebut harganya naik.
Di dalam Bursa Efek, para spekulan inilah yang akan sangat mengairahkan
transaksi tersebut, karena biasanya para spekulan akan membuat pasar menjadi sangat ‘bullish’ atau
harga-harga akan menaik sangat tajam,
ataupun sebaliknya dimana pasar akan dibuat ‘bearish’ yaitu hampir semua
harga-harga menukik sangat dalam.
Adapun tindakan spekulasi yang tidak disarankan adalah:
1. Berspekulasi saat kita mengira bahwa kita berinvestasi;
2. Berspekulasi secara serius, bukannya sekadar iseng saja, sementara
kita tidak memiliki pengetahuan dan keakhlian yang memadai untuk melakukannya;
3. Mempertaruhkan dana untuk berspekulasi dalam jumlah yang lebih besar dari risiko yang
sanggup kita tanggung.
Bila kita tetap ingin berspekulasi, karena ini memang sifat dasar manusia
maka jumlah dana yang bisa kita pertaruhkan adalah maksimal sebesar 10% dari
total dana yang dimiliki, atau pada suatu level dimana bila sejumlah dana yang
dipertaruhkan menjadi habis/hilang, kita masih bisa hidup pada level sebelum
kita mengalami kerugian besar tersebut.
Jangan pernah mencampurkan dana spekulatif dengan dana investasi di
rekening yang sama, harus benar-benar dipisahkan. Jangan pernah membiarkan
pikiran-pikiran spekulatif memasuki
kedalam aktivitas investasi kita dan
jangan pernah menggunakan lebih dari 10% dana kita untuk melakukan spekulasi
dalam keadaan apapun juga.
Tipe-tipe Investor, adalah:
1. Investor Defensif, adalah investor yang mengutamakan keamanan dana
pokok dan tidak mau repot dan/atau tidak punya waktu serta kemampuan untuk
mengelola dananya dalam suatu bentuk ‘portfolio’ yang canggih.
Adapun yang bisa dilakukan oleh Investor Defensif adalah sbb:
- Belilah
saham-saham perusahaan yang sudah mapan atau saham yang mempunyai
‘fundamental’ yang kokoh, sebagai alternatif untuk menyusun sendiri
portfolio saham kita.
- Tempatkan
dana kita pada produk-produk Reksadana yang dikelola oleh
perusahaan-perusahaan Manajer Investasi yang mempunyai reputasi
terpercaya. Bila dana yang akan dikelola ‘cukup besar’, maka mintalah jasa
pengelolaan investasi terhadap dana
tersebut agar mendapat ‘return’ yang lebih optimal.
- Lakukanlah
investasi secara ‘cost dollar averaging’, yaitu kita melakukan investasi
pada saham yang sama dengan jumlah uang yang relatif sama pada setiap
bulan atau per tiga bulan. Dengan cara ini kita dapat membeli lebih banyak
saham ketika pasar turun bila
dibanding pada saat pasar sedang naik. Pada akhirnya kita akan memiliki
saham tersebut dengan harga
rata-rata yang memuaskan.
Investor Defensif dapat mengatur proporsi saham yang dimilikinya, antara
minimum 25% dan maksimum 75% dari total dana atau total portofolio.
2. Investor Agresif, adalah investor yang lebih berani mengambil
risiko dengan harapan untuk memperoleh hasil yang lebih besar dari Investor
Defensif.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka maka Investor Agresif dapat melakukan
tindakan sbb:
- Aktif
melakukan transaksi di bursa yaitu, membeli saham ketika pasar sedang menunujukkan trend naik dan menjual pada saat trendnya
sedang turun.
- Melakukan
seleksi jangka pendek, maksudnya, adalah membeli saham perusahaan yang sedang mengalami atau
diharapkan akan mengalami kenaikan laba,
atau akan adanya perkembangan lain
yang menguntungkan di masa depan atau perusahaan yang sedang melakukan
‘corporate action’, seperti pembagian dividen, right issue, akuisisi dan
lain-lain.
- Melakukan
seleksi jangka panjang; adalah, memilih saham perusahaan yang memiliki pertumbuhan yang
sangat baik pada masa lalu dan diperkirakan akan terus berlanjut di masa
datang. Tetapi investor dapat juga memilih perusahaan-perusahaan yang saat
ini belum menunjukan hasil yang memuaskan, tetapi diharapkan akan memiliki
kemampuan laba yang tinggi di masa depan. (Perusahaan-perusahaan yang
berbasis riset dan teknologi,
seperti perusahaan komputer, obat-obatan, elektronika – sering kali sedang
mengembangkan suatu riset atau produk baru yang sangat dibutuhkan bagi
kehidupan manusia).
Untuk patut diperhatikan adalah, apapun tindakan yang akan kita kerjakan
baik itu melakukan investasi ataupun spekulasi, maka kita
harus mengerti betul apa yang menjadi tujuan dari tindakan
tersebut. Tentunya dalam melakukan
investasi, kita ingin dapat mengembangkan dana yang telah
kita investasikan tersebut, karena hasil investasi akan dikurangi oleh ‘inflasi’
yang akan terjadi di masa yang akan datang. Sedangkan tindakan spekulasi juga diperlukan, karena
tindakan spekulasi juga dibutuhkan untuk menggerakan para ‘inventor’ dalam
melakukan inovasi-inovasi yang dibutuhkan oleh masyarakat dan mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Disamping itu para spekulan juga dibutuhkan sebagai penggerak pasar di Bursa Efek. Tetapi kita harus
memperhitungkan bahwa dalam melakukan spekulasi, maka dana yang kita tempatkan
tersebut bila mengalami kerugian besar bahkan tidak kembali/habis, maka tidak akan
menurunkan level kehidupan kita yaitu,
kita tetap dapat hidup pada level
seperti sebelum kita kehilangan dana tersebut.
Seorang "spekulan" merasa
mengendalikan pasar dan berharap pasar menuruti tujuan investasinya dan ketika
pasar tidak mendengar kemauannya dengan berat hati dia menarik kembali nilai
investastinya dengan maksud memperkecil potensi kerugian (tapi juga tetap rugi
namanya). Investor adalah pendengar yang baik dalam memprediksi kemauan pasar,
dan seandainya pendengarannya kali ini salah dia sudah mengantisipasinya diawal
dan potensi kerugian hanya sebatas tetap menjadi "potensi kerugian"
jika tidak dieksekusi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar