Senin, 05 Maret 2012

Bersatulah, Tantangan Dakwah Adalah Liberalisme dan Pluralisme

Setelah membahas tentang dakwah network, pada hari kedua, Ahad (26/2) peserta Silaturrahim dan Workshop Ulama se-Riau, dipahamkan tentang mazhab ahlussunnah wal jamaah oleh pengurus  Pendidikan Kader Ulama Pesantren Gontor Darussalam, Dr Amal Fathullah Zarkasyi MA, tentang paham liberalisme dan sekularisme yang dipaparkan oleh Pengurus Institute for The Study of Islamic Thought and Civilizations (INSIST) Jakarta, Dr Hamid Fahmy Zarkasyi.

Dr Amal Fathullah menegaskan, sudah saatnya umat Islam bersatu. Tidak lagi saling menyalahkan dalam hal-hal furuiyah. ‘’Ada golongan yang mengganggap salaf paling sunnah, yang kholaf juga begitu.  Saya tegas dua-duanya  (salaf dan kholaf) ahli sunnah,’’ ujarnya.

Menurutnya saat ini yang mesti dilakukan pendakwah adalah melakukan prioritas yakni persatuan umat, bukan perpecahan umat. ‘’Perbedaan kholaf dan salah tak usah lagi dibincangkan, karena lawan kita adalah Islam liberal,’’ tambahnya.


Menurutnya pemikiran paham Islam liberal sudah masuk ke semua lini, baik di kalangan Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, perguruan tinggi Islam seperti IAIN, bahkan sudah masuk ke pesantren.

‘’Maka kalau ingin selamat, masukkan anak bapak ke Pesantren Gontor,’’ ungkapnya berpromosi.

Terkait dengan paham liberal dikemukakan oleh Dr Hamid Fahmy Zarkasy.

Dikemukakannya agenda para penganut pemikiran liberal di Indonesia, diantaranya menyebarkan paham bahwa agama adalah urusan pribadi dan membebaskan negara dari urusan agama, menyebarkan paham kebebasan beragama seperti membela aliran-aliran sesat, menentang segala bentuk fatwa, menerbit karya-karya liberal dengan subsidi.

Mereka juga menyebarkan relativitas kebenaran, seperti paham bahwa kebenaran itu relatif yang mutlak hanya Tuhan, agama itu dari Allah tapi pemikiran keagamaan itu dari manusia. Sehingga mereka berkata bahwa fatwa dan tafsir ulama itu relatif, tidak mutlak benar.’’Paham liberal paling canggih itu ada di Indonesia,’’ ungkapnya.

Selain paham liberal, pemikiran pluralisme dan relativisme juga sangat berbahaya, sebab kebanyakan penganut pluralisme agama berpendapat bahwa tidak ada satu agamapun yang dapat mengklaim bahwa di sana hanya ada satu kebenaran. Alasan mereka karena agama, secara literal bukanlah dari Tuhan, tapi lebih merupakan upaya manusia untuk memahami firman Tuhan.

Hamid menambahkan, plurisme ini berbahaya untuk pendidikan Islam, sebab para pluralis berusaha untuk mengajarkan semua agama di lembaga pendidikan.

‘’Jika muslim belajar semua agama maka akidah mereka akan melemah. Dampak paham ini adalah nikah beda agama,’’ ungkapnya. Ia juga menyimpulkan, saat ini umat Islam dipengaruhi pemikirannya agar mendukung demokratisasi di segala bidang, doktrin kesetaraan gender, pluralisme agama, hak asasi manusia (humanisme), liberalisme, sekularisme, relativisme.

Dijelaskannya, salah satu upaya untuk mengantisipasi paham liberal dan pluralisme, Pondok Pesantren Gontor, menyelenggarakan Pendidikan Kader Ulama (PKU). Program ini berlangsung selama enam bulan.

Dia juga menawarkan kepada peserta workshop yang mayoritas pimpinan pesantren mengirim utusan untuk ikut PKU tersebut. Syarat peserta PKU adalah lulusan strata satu (S1) dan mampu berbahasa arab.

Sementara itu saat penutupan kegiatan, di hari berikutnya Senin (27/2), Bupati Rokan Hulu, Drs H Achmad MSi, berharap kegiatan silaturahim dan workshop ulama se-Riau ini dapat membawa manfaat bagi ummat serta ulama dapat bersatu, bersama membentuk karakter umat dengan nilai-nilai Islam.

Di sisi lain salah seorang peserta workshop Abdul Mutholib MA berharap melalui forum ini akan hadir media informasi dakwah dan pendidikan.

Serta dibentuknya sebuah lembaga keuangan yang dapat menfasilitasi keperluan lembaga dakwah dan pesantren di Riau.

Sementara itu workshop ini menghasilkan banyak rekomendasi diantaranya perlunya sertifikasi dai, jaringan kerja sama lembaga dakwah dan pesantren.

‘’Banyak sekali rekomendasi yang dihasilkan. Insya Allah akan dibahas dalam tim kecil,’’ ujar organizer kegiatan, Dr Musthafa Umar, di sesi akhir kegiatan.***
 sumber : riau pos

Tidak ada komentar:

Posting Komentar